Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya kebaikan-kebaikan itu akan menghilangkan kejelekan-kejelekan.” (QS. Hud: 114)
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang bersuci di rumahnya kemudian dia berjalan menuju salah satu rumah Allah (masjid) untuk menunaikan salah satu kewajiban yang ditetapkan Allah (sholat) maka langkah-langkahnya; salah satunya menghapuskan dosa, sedangkan langkah yang lain mengangkat derajat.” (HR. Muslim di Kitab al-Masajid wa Mawadhi’ ash-Sholah [666])
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bagaimana pendapat kalian seandainya ada sebuah sungai di depan pintu rumah kalian yang dia mandi darinya setiap hari lima kali, apakah masih tersisa kotoran yang melekat pada tubuhnya?” Para Sahabat menjawab, “Tidak tersisa kotorannya sedikit pun.” Lalu Nabi bersabda, “Demikian itulah perumpamaan sholat lima waktu yang dengan sebab itu Allah berkenan mengampuni dosa-dosa.” (HR. Bukhari di Kitab Mawaqit ash-Sholah [528] dan Muslim di Kitab al-Masajid wa Mawadhi’ ash-Sholah [667])
Faidah Hadits
Hadits pertama menunjukkan kepada kita keutamaan bersuci di rumah lalu berjalan menuju masjid untuk menunaikan sholat wajib berjama’ah; yaitu menjadi sebab terhapusnya dosa dan terangkatnya derajat. Hadits berikutnya juga menunjukkan kepada kita bahwa sholat lima waktu merupakan sebab terhapusnya dosa seorang hamba.
Dosa-dosa yang terhapus dengan sebab amal-amal di atas adalah dosa-dosa kecil, sebagaimana yang dipahami oleh para ulama. Ibnu Hajar berkata, “…al-Qurthubi berkata: Zahir hadits ini menunjukkan bahwa sholat lima waktu secara mandiri menjadi sebab terhapusnya segala dosa, tetapi ini adalah sesuatu yang musykil/janggal. Namun, Muslim telah meriwayatkan sebelumnya hadits al-‘Ala’ dari Abu Hurairah secara marfu’, “Sholat lima waktu adalah kaffarah/penebus atas dosa-dosa yang terjadi diantara sholat-sholat tersebut selama dosa-dosa besar dijauhi.” Berdasarkan dalil yang membatasi ini maka dalil lain yang bersifat tidak terikat dikembalikan kepadanya.” (lihat Fath al-Bari [2/15])
Kebaikan Menghapus Kejelekan
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya kebaikan-kebaikan itu akan menghilangkan kejelekan-kejelekan.” (QS. Hud: 114)
Imam Ibnul Jauzi membawakan dua penafsiran ulama salaf tentang makna al-hasanat (kebaikan) yang dimaksud dalam ayat di atas:
- Maksudnya adalah sholat lima waktu. Ini adalah penafsiran Ibnu Mas’ud, Ibnu ‘Abbas, Ibnul Musayyab, Masruq, Mujahid, al-Qarzhi, adh-Dhahhak, Muqatil bin Sulaiman, dan Muqatil bin Hayan.
- Maksudnya adalah ucapan ‘Subhanallah, walhamdulillah, wa laa ilaha illallah, wallahu akbar’. Manshur meriwayatkan tafsiran ini dari Mujahid. Imam Ibnul Jauzi sendiri lebih menguatkan penafsiran pertama. Adapun maksud as-sayyi’at (kejelekan) di sini adalah dosa-dosa kecil sebagaimana penjelasan para ulama ahli tafsir (lihat Zaadul Masir, hal. 675-676)